BRO SAWER - Let Share What We Must Share

Saturday, October 25, 2008

Pertapa Muda dan Kepiting

Suatu ketika di sore hari yang terasa teduh, tampak seorang pertapa
muda sedang bermeditasi di bawah pohon, tidak jauh dari tepi sungai.
Saat sedang berkonsentrasi memusatkan pikiran, tiba-tiba perhatian
pertapa itu terpecah kala mendengarkan gemericik air yang terdengar
tidak beraturan.

Perlahan-lahan, ia kemudian membuka matanya. Pertapa itu segera
melihat ke arah tepi sungai di mana sumber suara tadi berasal.
Ternyata, di sana tampak seekor kepiting yang sedang berusaha keras
mengerahkan seluruh kemampuannya untuk meraih tepian sungai sehingga
tidak hanyut oleh arus sungai yang deras.


Melihat hal itu, sang pertapa merasa kasihan. Karena itu, ia segera
mengulurkan tangannya ke arah kepiting untuk membantunya. Melihat
tangan terjulur, dengan sigap kepiting menjepit jari si pertapa
muda. Meskipun jarinya terluka karena jepitan capit kepiting, tetapi
hati pertapa itu puas karena bisa menyelamatkan si kepiting.

Kemudian, dia pun melanjutkan kembali pertapaannya. Belum lama
bersila dan mulai memejamkan mata, terdengar lagi bunyi suara yang
sama dari arah tepi sungai. Ternyata kepiting tadi mengalami
kejadian yang sama. Maka, si pertapa muda kembali mengulurkan
tangannya dan membiarkan jarinya dicapit oleh kepiting demi
membantunya.

Selesai membantu untuk kali kedua, ternyata kepiting terseret arus
lagi. Maka, pertapa itu menolongnya kembali sehingga jari tangannya
makin membengkak karena jepitan capit kepiting.

Melihat kejadian itu, ada seorang tua yang kemudian datang
menghampiri dan menegur si pertapa muda, "Anak muda, perbuatanmu
menolong adalah cerminan hatimu yang baik. Tetapi, mengapa demi
menolong seekor kepiting engkau membiarkan capit kepiting melukaimu
hingga sobek seperti itu?"

"Paman, seekor kepiting memang menggunakan capitnya untuk memegang
benda. Dan saya sedang melatih mengembangkan rasa belas kasih. Maka,
saya tidak mempermasalahkan jari tangan ini terluka asalkan bisa
menolong nyawa makhluk lain, walaupun itu hanya seekor kepiting,"
jawab si pertapa muda dengan kepuasan hati karena telah melatih
sikap belas kasihnya dengan baik.

Mendengar jawaban si pertapa muda, kemudian orang tua itu memungut
sebuah ranting. Ia lantas mengulurkan ranting ke arah kepiting yang
terlihat kembali melawan arus sungai. Segera, si kepiting menangkap
ranting itu dengan capitnya. "Lihat Anak Muda. Melatih mengembangkan
sikap belas kasih memang baik, tetapi harus pula disertai dengan
kebijaksanaan. Bila tujuan kita baik, yakni untuk menolong makhluk
lain, bukankah tidak harus dengan cara mengorbankan diri sendiri.
Ranting pun bisa kita manfaatkan, betul kan?"

Seketika itu, si pemuda tersadar. "Terima kasih, Paman. Hari ini
saya belajar sesuatu. Mengembangkan cinta kasih harus disertai
dengan kebijaksanaan. Di kemudian hari, saya akan selalu ingat
kebijaksanaan yang Paman ajarkan."

Pembaca yang budiman,
Mempunyai sifat belas kasih, mau memerhatikan dan menolong orang
lain adalah perbuatan mulia, entah perhatian itu kita berikan kepada
anak kita, orangtua, sanak saudara, teman, atau kepada siapa pun.
Tetapi, kalau cara kita salah, sering kali perhatian atau bantuan
yang kita berikan bukannya memecahkan masalah, namun justru menjadi
bumerang. Kita yang tadinya tidak tahu apa-apa dan hanya sekadar
berniat membantu, malah harus menanggung beban dan kerugian yang
tidak perlu.

Karena itu, adanya niat dan tindakan berbuat baik, seharusnya
diberikan dengan cara yang tepat dan bijak. Dengan begitu, bantuan
itu nantinya tidak hanya akan berdampak positif bagi yang dibantu,
tetapi sekaligus membahagiakan dan membawa kebaikan pula bagi kita
yang membantu.



Sumber: Pertapa Muda dan Kepiting oleh Andrie Wongso

Manajemen Sedikit

Mas Bambang, seorang veteran bisnis yang telah bergelut dalam dunia
bisnis lebih dari 40 tahun punya resep yang unik, dia beliau
menyebutnya: "Manajemen Sedikit". Secara prinsip Mas Bambang mengaku
dia lebih senang berbuat sedikit mungkin, terutama dalam mencampuri
urusan manajemen di kantor.

Mas Bambang berdalih Manajemen Sedikit ibaratnya memasak dengan oven
microwave. Tingal pencet satu tombol. Selesai. Berlainan dengan gaya
manajemen yang biasa, menurut Mas Bambang, lebih mirip dengan memasak
cara tradisional. Butuh waktu dan usaha komplit yang lebih njelimet.

Mulanya saya bingung mendengarnya. Barulah ketika ngobrol lebih dalam
dengan para crew dan staff di kantor Mas Bambang, saya baru mengerti
apa yang dimaksudkan oleh Mas Bambang sebagai Manajemen Sedikit.
Rupanya Mas Bambang orangnya sangat penyabar, jarang marah, dan
senang memotivasi para pekerjanya untuk maju ke depan, secara agresif
dan kreatif.


Setiap kali mereka memulai sebuah proyek, Mas Bambang lebih senang
menyemai bibit. Begitu istilah beliau. Setelah itu Mas Bambang lebih
senang mundur ke belakang dan sepenuhnya memberikan kebebasan bagi
karyawannya untuk menunjukan karya dan prestasi mereka.

Hanya sekali-kali Mas Bambang memberikan dorongan kecil. Pokoknya Mas
Bambang berusaha untuk sedikit mungkin mencampuri manajemen. Hasilnya
memang ajaib.

Karyawan merasa mendapatkan kepercayaan penuh dari Mas Bambang, dan
disiplin mereka untuk bertanggung jawab ternyata sangat tinggi.
Mereka juga punya rasa optimisme dan percaya diri yang optimal. Saya
jadi ingat sebuah buku kecil yang ditulis oleh Chin Ning Chu yang
berjudul "Do Less Achieve More". Buku yang ditulis pada 1998 itu,
hingga kini masih menjadi salah satu buku favorit saya.

Chin menulis bahwa, kata sibuk dalam bahasa Cina terdiri dari dua
simbol piktogram. Yang pertama merupakan simbol piktogram yang
berarti jantung. Dan yang kedua adalah piktogram dengan simbol
kematian. Artinya kalau kita terlampau sibuk tidak keruan, maka
kematian adalah kutukan yang membayangi kita sehari-hari.

Mas Bambang bercerita bahwa dahulu dia pernah memiliki seorang
general manajer yang sangat rajin, tetapi juga terlampau ketat ingin
mengontrol semuanya. Akibatnya seluruh stafnya merasa stress.
Produktivitas bukan meningkat tetapi justru semakin menurun. Mas
Bambang akhirnya memecat sang general manajer.

Dia memerdekakan para staf dan karyawannya dari perasaan stress dan
tertekan. Mas Bambang berusaha menciptakan sebuah lingkungan kerja
yang memiliki dimensi unik, di mana semuanya merasa mudah, sehingga
staf dan karyawannya lebih kreatif menciptakan terobosan dan inovasi.

Beberapa hari sebelum puasa, saya diajak Mpu Peniti makan soto daging
kesukaan beliau. Pulang makan soto, saya diberi oleh-oleh dua lembar
uang seribuan. Yang satu pecahan seribuan yang mungkin beredar pada
1970-an dan sudah tidak lagi laku. Yang kedua pecahan seribuan yang
masih beredar saat ini. Kedua lembar uang seribuan itu nampak sangat
baru, seperti baru keluar dari mesin cetak.

Saya bingung tidak keruan, karena tidak mengerti apa ulah Mpu Peniti.
Akhirnya dengan senyum-senyum beliau bertanya kepada saya, mana di
antaranya kedua lembar uang ribuan itu yang paling berharga. Saya
beraksi secara refleks menunjuk lembaran uang ribuan yang masih
berlaku saat itu. Tetapi Mpu Peniti malah menggeleng.

Beliau bertutur, bahwa lembaran uang ribuan yang sudah tidak berlaku
lagi malah justru yang paling berharga. Karena 30 tahun yang lalu,
selembar uang ribuan itu merupakan bagian dari kenaikan gaji Mpu
Peniti saat itu. Saking girangnya, Mpu Peniti saat itu, sampai ia
menyimpan seribu rupiah, yang saat itu sangat banyak jumlahnya
sebagai kenang-kenangan. Secara historis uang ribuan itu punya nilai
yang tak terhingga.

Berlainan dengan lembaran ribuan satunya lagi, yang memang didapat
Mpu Peniti dari bank, dan nilainya memang cuma seribu perak. Dan
seribu perak saat ini, terkadang tidak cukup untuk membeli nasi
bungkus atau biaya parkir sekalipun.

Mpu Peniti berpesan kepada saya, bahwa kadang yang kelihatannya
sangat sedikit sekali nilainya, tidak jarang justru yang paling
berharga. Dalam bulan suci Ramadhan ini, di mana kita akan
menjalankan ibadah puasa, dan sekaligus berlatih menahan nafsu.

Di saat bersamaan kita juga diberikan kesempatan yang sama untuk
menghargai semuanya yang serba sedikit dan semuanya yang serba
kekurangan. Kita diingatkan untuk berani mengorbankan yang berlimpah.
Dan memilih yang sedikit. Karena sesungguhnya yang sedikit ini, tidak
jarang lebih sehat dan lebih membahagiakan kita.

Sumber: Manajemen Sedikit oleh Kafi Kurnia

Menghargai Pekerjaan

Tiga bulan lalu, Helen memanggil beberapa calon karyawan untuk
wawancara. Dari seluruh pelamar yang dipanggil, Helen tertarik dengan
dua orang yang dinilai paling cocok.

Salah seorang, sebut saja bernama Nana, adalah seorang fresh
graduate. Nana belum pernah bekerja, baru lulus D3 langsung
mengirimkan surat lamaran. Dilihat dari angka akademiknya cukup
bagus, penampilannya di foto juga oke, maka Nana termasuk dipanggil
untuk wawancara pertama.

Ketika datang ke kantor untuk wawancara pertama, Nana tampil oke.
Sebagai seorang fresh graduate, penampilannya lebih baik dari yang
lain. Seakan-akan dia sudah pernah bekerja. Setelah wawancara
selesai, Nana keluar dan melewati ruang resepsionis, Helen tanpa
sengaja melihat bahwa Nana tidak berpamitan kepada resepsionis,
bahkan tersenyum pun tidak.


Seorang calon lain, sebut saja bernama Wati, juga menarik
perhatiannya. Sama seperti Nana, dia juga seorang fresh graduate.
Hanya bedanya, Wati pernah bekerja di sebuah perusahaan selama tiga
bulan. Di perusahaan tersebut, Wati merasakan susahnya bekerja. Dia
tidak boleh seenaknya keluar dari kantor.

Waktu makan siang pun dibatasi. Untuk minta ijin tidak masuk kerja
juga sangat sulit, sehingga dia selalu memilih tetap masuk kerja
meskipun sedang sakit. Untungnya dia hanya pernah sakit flu dua kali.
Bukan penyakit yang termasuk parah.

Waktu dipanggil untuk wawancara, Wati minta agar boleh datang setelah
jam kerja. Helen setuju. Ketika datang, Wati berpenampilan rapi dan
sederhana. Dia dengan cepat menjawab semua pertanyaan. Ketika datang,
dia menyapa resepsonis dengan ramah. Ketika pulang dia juga
berpamitan dengan office girl yang kebetulan menunggu di samping meja
resepsionis. Sopan dan tulus.

Setelah melalui berbagai test, akhirnya kedua orang ini, Nana dan
Wati, diterima bekerja di bagian marketing. Keduanya sama-sama belum
berpengalaman di bidang marketing. Karena itu, mereka berdua harus
sama-sama belajar. Dari pengetahuan produk hingga cara melakukan
pendekatan, cara menjual dan sebagainya.

Nana tampaknya mudah mengerti apabila diberitahu mengenai sesuatu.
Langsung berkata "Ya pak, ya pak." Sehingga atasannya menilai Nana
sangat cepat belajar. Sebaliknya Wati banyak bertanya apabila
diberitahu mengenai sesuatu. Kadang-kadang harus diulang sekali lagi,
baru Wati tampak puas dan mengerti.

Lapor perkembangan

Setiap akhir bulan dia melapor kepada Helen mengenai perkembangan
Nana dan Wati. Kesannya terhadap mereka berdua cukup positif,
sehingga Helen mulai berpikir untuk mempertahankan mereka berdua
setelah selesai masa percobaan.

Seperti biasa, Helen juga seringkali melakukan kunjungan keliling ke
semua departemen, terutama yang ada karyawan barunya.

Ternyata apa yang ditemuinya di lapangan sangat mengejutkan Helen.
Hampir dalam segala hal, Nana selalu bertanya kepada teman-teman lain
atau minta bantuan mereka untuk mengerjakan semua pekerjaannya.

Ternyata semua penjelasan dari atasannya tidak dimengerti sama sekali
olehnya. Setiap kali atasannya selesai menjelaskan sesuatu dan beliau
berlalu, maka segera Nana ribut bertanya kepada yang lain sambil
berkeluh kesah.

Bahkan, seringkali Wati mengerjakan pekerjaan Nana, bukan hanya
membantunya saja. Begitu pula setiap kali Nana menerima perintah dari
atasannya untuk melakukan sesuatu, selalu dia berkeluh kesah panjang
lebar.

Misalnya ketika dia diminta menelepon salah seorang pelanggan yang
sudah lama tidak berhubungan lagi dengan perusahaan tersebut, Nana
mengeluh dengan bersuara keras:"Ah! Sebel deh! Disuruh-suruh melulu!
Harus menelepon orang lagi! Reseh!"

Dan sialnya, Helen mendengar langsung keluhan Nana ketika kebetulan
dia berada di pintu masuk ruangan marketing. Segera Helen
memanggilnya dan menanyakan hal itu, tapi Nana hanya minta maaf saja
sambil tersenyum-senyum

Begitu juga ketika dia harus pergi mengunjungi salah seorang
pelanggan penting, Nana berkeluh kesah seperti biasa. "Huuuh! Sebel!
Masa gua harus pergi lagi! Kan cape?! Masa disuruh-suruh lagi!". Lalu
dia mengajak Wati dan pergi sambil cemberut.

Berbeda dengan Wati. Perintah apapun langsung dikerjakan dengan penuh
semangat. Disuruh kemana pun, Wati siap. Cara kerjanya juga cepat.
Dia tidak pernah mengeluh. Bahkan, dia tidak pernah keberatan
membantu pekerjaan Nana sambil mengerjakan tugasnya sendiri.

an, diakhir masa percobaan, bisa ditebak siapa yang dinyatakan lolos
dan siapa yang tidak. Helen melihat, Wati sangat menghargai
pekerjaannya yang sekarang karena dia pernah merasakan betapa
beratnya bekerja di tempat kerja sebelumnya.

Di perusahaan yang sekarang Wati sangat bersyukur karena atasannya
tidak segalak dulu. Atasannya mempercayainya, tidak cerewet, dan
memperlakukannya dengan wajar. Jadi Wati sangat menikmati
pekerjaannya yang sekarang.

Sebaliknya Nana menganggap kebaikan atasannya sebagai suatu
kesempatan untuk bisa berbuat seenaknya tanpa takut dimarahi. Dia
menganggap atasannya pasti tidak akan marah kepadanya. Dia masih
menganggap pekerjaan sebagai suatu kegiatan sosial yang sering
dilakukannya.

Karena itu Nana merasa berhak untuk merasa kesal kalau disuruh-suruh.
Nana belum bisa menghargai pekerjaannya. Hargai pekerjaan Anda. Love
Your Job!

Sumber: Menghargai Pekerjaan oleh Lisa Nuryanti

HIDROTERAPI UNTUK OSTEOPOROSIS

Oleh: Shannon B. Lucas, PTA., Columbus, Georgia
Alih bahasa: Arif Yulianto, SSt.FT

Masa tulang yang rendah dan osteoporosis mempengaruhi 44 juta orang Amerika laki-laki dan wanita diatas usia 50 tahun. Sepuluh juta orang diperkirakan telah menderita osteoporosis dan 34 juta lebih diperkirakan memiliki masa tulang yang rendah. Istilah sederhana osteporosis berarti tulang keropos dan cirri khasnya adalah penurunana masa tulang dan kemunduran jaringan tulang yang menyebabkan tulang mudah patah dan resiko terjadinya fraktur(patah).

Sering kali, penyakit ini berlangsung tak terdeteksi sampai terjadinya patah tulang oleh karena tubrukan kecil, terjatuh, berjabat tangan, atau lebih buruknya, ketika merangkul kekasihnya.
Satu yang paling penting sesuatu yang bisa anda perbuat untuk mencegah atau mengurangi efek dari osteoporosis ini adalah dengan menjaga latihan secara rutin. Aktifitas menumpu berat badan (weight-bearing), seperti jalan atau berlari kecil, dan latihan tahanan, membangun kekuatan otot sebagus anda meningkatkan keseimbangan dan kesadaran tubuh anda, dengan demikian mengurangi resiko terjatuh anda. Malangnya, jika hanya dengan merangkul kekasih anda menyebabkan patah tulang iga, bayangkan bagaimana mengerikannya hal ini. Disinilah dimana terapi aquatic dapat membantu.

 

Buat Yang Doyan Nonton !

Cari Lirik Lagu Kamu Disini !

Fuze Mobility

Blog's Update

Bro Sawer is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com